Selama tahun 2019, Dota 2 memang mencapai puncaknya. Ditandai dengan komunitas yang solid hingga membuat The International menjadi turnamen dengan total hadiah 30 Juta USD. Namun, tahun 2020 awal adalah hal yang berat bagi Dota 2. Dimana mereka menyentuh pemain harian terendah sejak awal rilis. Belum ada solusi dari Valve untuk hal ini. Di sisi lain, mereka terus memberikan pembaruan dalam hal Matchmaking.
Baru-baru ini Dota 2 dikabarkan melakukan banned kepada 40.000 akun. Hal ini karena akun-akun tersebut dikatakan melakukan Matchmaking Abuse. Aksi keras seperti ini bukan pertama kalinya, sebelumnya dikabarkan beberapa orang yang dianggap toxic langsung di banned hingga 20 tahun. Belum dijelaskan bagaimana maksud dari abusing matchmaking, namun akibat hal ini review dari Dota 2 semakin menurun.
Jika aksi seperti ini berlanjut, mungkin saja banyak pemain yang akhirnya meninggalkan Dota 2. Sama seperti yang dilakukan Jerax, setelah dirinya puas dan memenangkan The International. Pemain ini mengatakan dia kehilangan motivasi untuk bermain Dota 2. Padahal Dota 2 kini memiliki segudang update yang mengajak bermain untuk berkembang, seperti patch menambahkan Outpost dan balance Neutral Item.
Di Indonesia sendiri Dota 2 juga kehilangan pro playernya, banyak tim yang akhirnya melakukan disband dan berpindah ke game yang sedang ramai di Indonesia. Kotakers sendiri masih bermain Dota 2?
Sumber : Kotak Game
Comments
Post a Comment